Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

17 November 2009

Langgengkan Perseteruan Semarang - Jepara

Catatan : Rian Bayu Sanjaya


Snexcyber : Meski sekedar uji coba, rencana laga Persjijap vs PSIS (18/11) nanti telah menaikkan suhu udara di kedua kota tersebut. Kita tahu, bahwa secara kultural, kedua kota ini memiliki “dendam” yang hingga saat ini sulit untuk dicairkan.

Entah sebagai pemicu atau justru puncak dari perselisihan suporter PSIS-Persijap, namun kenangan di Stadion Kamal Junaidi 12 Maret 2006 akan sangat sulit dihilangkan. Aksi massa yang didukung oleh kondisi stadion yang kurang layak menajadikan hari itu terasa mencekam bagi kedua belah kubu suporter.

Hingga kini, permusuhan tersebut masih terasa kental. Saling ejek di dunia nyata, terseret pula ke dunia maya. Beragam forum yang menjadi pendukung salah satu klub, hampir pasti menjadi sasaran tembak bagi pendukung klub lawan. Segala sampah dan tulisan-tulisan buruk bernada menyerang, sudah jamak ditemui.

Melihat kondisi suporter Semarang-Jepara yang demikian panas, sudah barang tentu bentrokan besar jilid II cepat atau lambat pasti terjadi. Apalagi tipe masyarakat pesisir yang terkenal tempramen sangat mendominasi di kedua kota tersebut.

Bukan tidak ada pihak yang mencoba merukunkan kedua kubu suporter ini. Beragam cara sudah dicoba. Bahkan yang terakhir muncul wacana dari salah seorang pemimpin Semarang untuk memerger PSIS dan Persijap. Hal tersebut selain untuk mendamaikan suporter juga agar biaya operasional kedua klub menjadi lebih ringan. Namun hal seperti itu jelas-jelas ditolak oleh suporter yang telah nyata berseberangan secara prinsip.


Saya sendiri beranggapan, adalah lebih baik Semarang-Jepara tetap pada kondisi seperti ini. Saling menyimpan bara dendam. Saling menyerang di berbgai forum. Serta saling ejek saat bertemu. Saya beranggapan dengan begitulah atmosfer sepakbola di Jawa Tengah akan semakin menarik.

Dari permusuhan Semarang-Jepara itulah sebenarnya bisa muncul sesuatu yang bisa dipetik. Di belahan dunia lain pertandingan panas menjadi alat jualan utama dari sebuah liga sepakbola. Semua itu nanti kemabli pada kemampuan otoritas yang berwenang untuk mengelolanya. Partai PSIS-Persijap bisa memiliki nilai jual yang tinggi apabila para stakeholdernya mampu bersikap profesional. Aparat keamanan, kedua pemerintah daerah sampai dedengkot suporter harus mampu bertindak bijaksana agar kemungkinan buruk tidak terjadi.

Nah jika memang kedua kubu suporter tidak bisa disatukan, mengapa harus disatukan ? Yang mungkin kita maksimalkan mungkin adalah sistem dari keamanan laga tersebut. Bukankah sepakbola justru lebih menarik saat drama-drama di luar lapangan kemudian muncul ?

Salam.

Penulis juga mahasiswa UNDIP Jurusan Public Relations, dan
PP SNEX Divisi Even Organizer, Marketing dan Publikasi


4 komentar:

Sikomo mengatakan...

ternyata punya bakat terpendam jadi jurnalis kau Pak.

Anonymous mengatakan...

tak sengaja, nemu link ini di google. sebagai kuli tinta, dan pecinta sepakbola..tulisan anda sangat tidak objektif dan tidak mendidik mengingat anda adalah mahasiswa.

Kolski Foto Artis Bugill mengatakan...

wah info bagus nihhh

bisnis online mengatakan...

he he ini becanda kali ya bos damai kan indah bos

Posting Komentar