Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

26 Februari 2009

Klub dan Penonton Senang

Cyber News : Menilai langkah polisi sebagai berkah atau musibah bagi sepak bola Indonesia amatlah sulit. Tapi, apa yang dikatakan oleh Donny Danardono mungkin bisa direnungkan. Donny berkata, ”Berkah bisa jadi musibah, musibah pun bisa membawa berkah. Tergantung siapa yang menerimanya.’’

Meski ditolak oleh Komisi Disiplin, langkah tegas Kapolda ternyata mendapat dukungan yang jauh lebih luas. PSIS Semarang dan Persijap Jepara serta pendukung mereka misalnya, justru merasa senang dengan shock theraphy ala Alex Bambang Riatmodjo itu.

Efek Negatif


Banyaknya dukungan atas tindakan polisi bukan cuma karena pertandingan menjadi lebih aman. Ada faktor lain, yakni menumpuknya kejengkelan terhadap sikap plin-plan PSSI dalam menerapkan sanksi dan hukuman.

Christian Gonzales yang sempat kena hukuman setahun, bebas lantaran hek prerogatif Ketua Umum PSSI Nurdin Halid. Hukum ala PSSI yang ”esuk dele sore tempe” inilah yang membuat publik jengah, kecewa, sekaligus rindu akan munculnya sebuah ketegasan.

Repotnya, ketegasan itu ternyata muncul dari pihak luar; polisi. ”Untuk shock theraphy, saya kira, langkah semacam itu perlu. Persoalannya, bisakah polisi kemudian menjaga terus sikap independennya sehingga tidak dimanfaatkan tuan rumah pertandingan untuk menangkap pemain lawan agar nggak bisa main?” kata Ketua PSSI Kota Semarang, Yoyok Mardijo.

Tapi, ibarat mata uang, langkah tegas polisi itu bisa menimbulkan efek negatif. Secara psikologis, pemain menjadi tegang, takut, sehingga tak bisa mengeksploitasi seluruh kemampuannya.

Mereka yang biasa main keras menjadi risau; jangan-jangan nanti memicu keributan lalu ditangkap polisi. (SM)

1 komentar:

tito mengatakan...

semoga kejadian2 tsb tidak terulang lagi di masa datang, dgn tetap menjaga sportivitas, bravo sepak bola Indonesia ! :)

Posting Komentar